Selasa, 14 Desember 2010

Dalam sangkar emas CPNS dan rasa pesimisme

Siang itu, matahari terik tengah berlangsung, seorang teman berceletuk melalui pesan singkat "mau nyari kartu kuning susahnya minta ampun, udah yang ngantri banyak harus berpanas-panasan juga" keluhya ketika mencari kartu yang digunakan sebagai syarat melamar pekerjaan. Pekerjaan yang diincarnya adalah Pegawai Negeri Sipil PNS, karena memang akhir-akhir ini pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah serta sejumlah lembaga negara nondepartemen sedang membuka lebar-lebar lowongan calon pegawai negeri sipil (CPNS).

Berbekal ijazah berligalisir,
curriculumvitae dengan seabreg berkas-berkas pelengkap lainya, yang tak luput seperti surat keterangan dokter, Surat Keterangan Catatan Kepolisisan (SKCK) dan syarat penunjang lainya, tentunya membutuhkan cukup waktu untuk memperoleh syarat-syarat tersebut, harus rela banting kanan kiri, belum lagi terjebak dengan sistem birokrasi yang lamban, namun semangat mereka patut kita apresiasi dikarenakan CPNS bagi mereka merupakan mimpi yang harus terus dikejar.

Bisa dibayangkan satu formasi bidang
pekerjaan yang ditawarkan, tidak sebanding dengan jumlah para pelamar, sebagai contoh saja, formasi untuk tenaga kependidikan, sebanyak 100 orang, dengan jumlah pelamar yang lebih dari 10.000 orang, sehingga setiap orang memiliki kurang dari 1% kesempatan untuk menduduki posisi yang ditawarkan. Formasi CPNS yang hanya beberapa orang diperebutkan ratusan hingga ribuan orang. Ada yang pantang menyerah berkali-kali mengikuti tes CPNS untuk terus mencoba bersaing dengan pelamar-pelamar baru.

Animo masyarakat yang tinggi, dalam setiap penerimaan CPNS, mengindikasikan profesi tersebut (masih) begitu menggiurkan, sebagai sebuah asumsinya, menjadi CPNS, akan berada dalam titik aman, tidak akan di-PHK, menerima uang pensiun, mendapatkan gaji setiap bulan, dengan segala tunjangan keluarga, kesehatan, transportasi dan hingga adanya gaji ke-13, dan kita akan menelan ludah lagi apabila dihubungkan dengan kebijakan pemerintah yang meningkatkan gaji dan kesejahteraan PNS yang hampir setiap tahunya, pantas saja jika profesi ini akan semakin banyak diminati.


Tidak hanya dampak secara materi semata, namun dampak dalam kehidupan bersosial, menjadi PNS biasanya status sosialnya meningkat, lebih percaya diri, dan sudah barang tentu lebih dihormati dalam kehidupan bermasyarakat.


Jika melihat respon dan antusiasme masyarakat terhadap keinginan jadi CPNS, muncul pertanyaan besar saya, mengapa begitu banyak yang kekeuh ingin jadi CPNS?, selain faktor hal diatas apa yang menjadikan daya tarik? Mengapa animonya tidak seperti lowongan pekerjaan yang lain? Nampaknya jawabanya masih sama yaitu karena faktor kesejahteraan yang berujung pada materi, anggapan masyarakat nampaknya, PNS masih menjadi pekerjaan yang “primadona”, begitu diidam-idamkan dari perkerjaan yang lainya, karena alasan materi bukan didasari sebuah perjuangan atau pengabdian untuk negara.


Indikasi lain yang menjadi kegelisahan besar saya adalah, masih begitu banyaknya masyarakat kita yang minder akan kehidupan masa depannya sendiri, yang senantiasa ingin menggantungkan hidupnya pada negara, sehingga jalur CPNS ini dirasa menjadi sebuah jawaban dari pertanyaan itu. Hasrat yang gagal memasuki CPNS, baik secara langsung maupun tak langsung akan membawa dampak secara psikologis, dengan membelenggu kita kedalam pesimisme berlebihan, bagaimana akan kelangsungan hidup kita kedepanya seperti apa, hari tua saya bagaimana? Anggapan secara kacamatakuda ini juga akan berimbas pada pandangan tak ada pekerjaan yang sebergengsi dan setara CPNS, hingga menimbulkan kelesuan untuk bangkit dan lari dari belenggu kesejahteraan CPNS tersebut.


Tak pernah kita bayangkan bagaimana rasanya bila kita layaknya seekor burung yang terkurung dalam sangkar, mungkin seperti itulah CPNS nantinya, namun kalau CPNS sangkarnya adalah sangkar emas, yang megah dengan segala tunjangan dan jaminan kesejahteraan yang Anda impikan, namun tak bisa terbebas, berbeda halnya dengan laiknya burung yang terbang bebas mencari makan dihutan yang sulit didapatkan, tentunya hidup akan lebih produktif dan berarti bagi si burung liar itu.


Hidup merupakan tantangan dan perlu kebebasan juga kepuasan, Bagaimana kita menaklukan dan menghadapi tantangan? Bagaimana bebas berkreasi dan berekpresi? Bagaimana agar kita puas akan hasilnya?


Jika diraba dari sudut pandang kacamata lain, dengan tingginya jumlah pendaftar CPNS menjadi indikator bahwa, banyak lulusan sarjana kita yang masih mengenakan mental budak, bukan pemimpin dengan menempatkan dirinya hanya sebagai piranti produksi, kita lihat saja kekhawatiran yang sering menhinggapi setiap lulusan adalah, sulitnya mencari pekerjaan, jiwa entrepreneur belum bisa merasuki mereka, hal ini tentunya membuat tidak adanya balance antara lowongan pekerjaan dan pencari kerja, lowongan kerja pun menjadi sempit, bayangkan saja bila setiap pendaftar CPNS yang jumlahnya puluhan ribu itu, memiliki usaha masing-masing berapa tenaga kerja yang terserap, dan tentunya berdampak pada pertumbuhan perekonomian serta kesejahteraan bangsa kita nantinya selain itu semua kita terbelenggu dari semua rasa pesimisme karir kita bila hanya menggantungkan dari satu tumpuan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar